Salah Satu yang Mendukung Kolaborasi Lintas Sektor adalah Komunikasi dan Transparansi (Iterasi# 2)

Collabolancer
7 min readFeb 10, 2021
Apa yang paling esensial untuk dapat berkolaborasi?
Apa yang paling esensial untuk dapat berkolaborasi?

Visi besar dari Collabolancer, adalah: “Membentuk masa depan gig economy dengan mengembalikan kekuatan penuh kepada pengguna!”. Salah satu kekuatan yang ingin kita kembalikan, adalah kekuatan untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih besar, yaitu dengan berkolaborasi. Namun, dengan beragamnya sektor gig economy, kita harus mampu mengidentifikasi problem apa yang terdapat dalam berkolaborasi, dan seperti apa bentuk kolaborasi yang paling universal, yang dapat berlaku tidak terbatas pada sektor tertentu saja. Untuk itulah kami melakukan validasi ide & validasi pengguna, serta melakukan kajian literatur ini. Pada akhirnya kita akan melihat, bagaimana validasi serta kajian ini berimplikasi terhadap pengembangan Collabolancer!

Model Kolaborasi 3C

Model Kolaborasi 3C, (A. B. Raposo, 2002)
Model Kolaborasi 3C, (A. B. Raposo, 2002)

Komunikasi sebagai salah satu unsur dari model kolaborasi 3C berperan sangat penting, pada kenyataannya komunikasi sebagai sarana pertukaran informasi sangat menentukan produktivitas dan kinerja dari tim

“The 3C Collaboration Model”, yang terdiri dari: Komunikasi (Communication), Koordinasi (Coordination), dan Kerjasama (Cooperation), adalah sebuah model kolaborasi yang pertamakali dikembangkan berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Ellis, C. A., Gibbs, S. J., dan Rein, G. L.[1]

Setidaknya secara potensial, kolaborasi bisa membuahkan hasil yang lebih baik daripada kerja individu. Saling melengkapi skill masing-masing dan upaya individu terjadi secara berkelompok. Dengan berkolaborasi, anggota kelompok menerima feedback sejak dini, memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi ketidak konsistenan dan gangguan dalam proses berpikir dan, bersama-sama, mereka dapat mencari ide, informasi dan referensi untuk menjalankan tugas mereka. Kelompok ini juga memiliki kapasitas lebih untuk menghasilkan alternatif dengan cara yang kreatif, mengamati keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif untuk memilih yang layak dan untuk membuat keputusan.

Lebih lanjut, Robyn Keast menjelaskan perbedaan konsep antara Kerjasama, Koordinasi, dan Kolaborasi, sebagai berikut:[2]

Kerjasama:

  • Koneksi longgar, kepercayaan rendah
  • Berbagi informasi diam-diam
  • Arus komunikasi ad hoc
  • Tujuan independen (masing-masing)
  • Beradaptasi satu sama lain atau mengakomodasi tindakan dan tujuan orang lain
  • Kekuasaan tetap ada pada organisasi
  • Sumber daya tetap dengan organisasi
  • Komitmen dan akuntabilitas untuk memiliki organisasi
  • Jangka waktu relasional pendek
  • Risiko rendah / hadiah rendah

Koordinasi:

  • Koneksi menengah, kepercayaan berbasis pekerjaan
  • Arus komunikasi terstruktur, berbagi informasi berbasis proyek yang diformalkan
  • Kebijakan, program, dan sumber daya bersama
  • Tujuan semi-interdependen
  • Kekuasaan tetap berada pada organisasi induk
  • Komitmen dan akuntabilitas kepada organisasi dan proyek induk
  • Jangka waktu relasional berdasarkan proyek sebelumnya

Kolaborasi:

  • Koneksi interdependen yang padat, kepercayaan tinggi
  • Komunikasi yang sering
  • Berbagi informasi taktis
  • Perubahan sistem
  • Sumber daya kolektif yang dikumpulkan
  • Tujuan bersama yang dinegosiasikan
  • Kekuasaan dibagi antar organisasi
  • Komitmen dan akuntabilitas untuk jaringan pertama dan komunitas dan organisasi induk
  • Relational timeframe, jangka panjang (3 Tahun)
  • Risiko tinggi / imbalan tinggi

Kolaborasi adalah bentuk sempurna dari unsur komunikasi, kerjasama, dan koordinasi, sebagaimana Hao Zhong, dkk, menjelaskan bahwa: “Kolaborasi melibatkan fungsi koordinasi dan kerjasama, dan mengacu pada berbagi informasi, sumber daya, dan tanggung jawab antar entitas untuk bersama-sama merencanakan, melaksanakan, dan menganalisis kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan individu dan bersama.”[3]

Komunikasi sebagai salah satu unsur dari model kolaborasi 3C berperan sangat penting, pada kenyataannya komunikasi sebagai sarana pertukaran informasi sangat menentukan produktivitas dan kinerja dari tim. Sebagaimana analisis empiris yang dilakukan Christoph Riedl dan Anita Williams Woolley berkaitan dengan percobaan lapangan terhadap dampak insentif dan keterampilan anggota terhadap kinerja tim, menunjukkan: (1) efek moderat untuk keterampilan anggota dan efek lemah untuk insentif tunai pada kinerja tim; dan, (2) efek positif yang besar dari kolaborasi yang muncul pada kinerja tim, khususnya terkait dengan ledakan aktivitas tim dan keragaman informasi, bahkan ketika efek keterampilan anggota dan insentif tunai dikendalikan.[4]

Transparansi dalam Berkolaborasi

Tidak transparan, jadi ketidakpercayaan?
Tidak transparan, jadi ketidakpercayaan?

Telah kita ketahu melalui validasi dan kajian pada iterasi #1, bahwa trust merupakan persoalan yang sangat penting dalam melakukan hubungan kerja. Tentunya, dalam berkolaborasi diantara anggota tim yang saling interdependen, persoalan trust menjadi semakin kompleks. Disinilah dibutuhkan transparansi! Nyatanya, yang menjadi dasar untuk membangun trust yang dicari pekerja adalah Transparansi![5]

Transparansi memungkinkan tim untuk membangun trust (kepercayaan) yang mengarah pada peningkatan partisipasi karyawan, dan keamanan tim[6]. Oscar Berg, menyatakan bahwa tiga Alasan Mengapa Organisasi Perlu Meningkatkan Transparansi, adalah: (1) Membuat Informasi Dapat Ditindaklanjuti; (2) Menghindari Pengambilan Risiko yang Tidak Perlu; dan (3) Saling Berbagi dan Kolaborasi.[7]

Dengan demikian, untuk mendukung lingkungan kerja yang kolaboratif, serta memberikan manfaat-manfaat lebih terhadap pola kerja tim, transparansi, termasuk dalam berkomunikasi perlu diterapkan dan perlu ditingkatkan.

User Interview

Mengolah User Interview
Mengolah User Interview

Untuk memvalidasi pernyataan diatas, kami mencoba melakukan user interview secara mendalam kepada pengguna prospektif, sehingga dapat ditarik poin-poin penting untuk pengembangan Collabolancer di masa yang akan datang. Adapun poin-poin penting dalam user interview ini, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tergantung Sektor Pekerjaan

“Saya rasa semuanya kembali lagi ke workflow industrinya masing masing. Untuk industri saya di bidang arsitektur, dimana proyeknya bisa memakan waktu sangat lama, dan membutuhkan kunjungan lapangan. Mungkin tools yang lebih dibutuhkan adalah remote-viewing untuk merekam progress lapangan yang bisa diandalkan.”

“Untuk semua bidang sebetulnya cocok cocok saja git untuk kolaborasi, tetapi memang banyak digunakannya untuk software developer, karena kalau untuk design kan ada toolsnya khusus lagi”

“Kalo untuk use case design, tools seperti version control sangat ga cocok ya, karena masing masing bukan berkolaborasi, tapi masing masing malah kaya berkompetisi”

Komunikasi Sebagai Unsur Penting Kolaborasi

“Mungkin salah satu yang paling menunjang buat kolaborasi design itu diskusinya ya.”

“Jadi kenapa saya bilang version control itu sangat bergantung kasusnya, version control itu hanya bisa digunakan kalau kita sudah satu pemikiran dan sejalan, sudah satu kantor, sudah formed tim nya, tapi kalau itu orang baru, seperti freelance, pasti beda beda kan, orangnya random kan, beda tempat, bahkan beda negara, saling belum kenal, ketika tim itu baru, yang lebih penting itu management dan komunikasi nya sih, agar tidak terpecah pecah.”

“Saya setuju bahwa lebih penting komunikasinya, daripada tools seperti version controlnya untuk kolaborasi.”

“Bentuk kolaborasi yang agnostik sebenernya ya messenger sih. Sejauh ini industri gw dan marketing, jalan jalan aja pake Grup Whatsapp buat koordinasi. Yang penting hak dan tanggung jawabnya disepakati bersama aja.”

“Ga pake drive/slack/trello/salesforce. Mungkin dengan tools diatas bisa bantu ningkatin efisiensi dengan ngestreamline workflow, tapi efektivitas belum tau. Dan sebenernya untuk file Autocad ada version controlnya sendiri namanya Vault, tapi ga ada yang pake.”

Kejelasan Pembagian Tugas

“Untuk kasus freelancer, dalam bekerjasama tanggungjawab masing masing harus jelas”

“Tetapi yang mungkin saya bisa kasih masukan adalah biasanya di marketplace freelancer pada umumnya, tipe pekerjaannya sudah dibagi menjadi satuan pekerjaan sesuai dengan bidangnya, bukan per project. Sehingga si pemberi pekerjaan punya keleluasaan untuk memilih harga, kualitas dari masing masing komponen pekerjaannya. Mengenai apakah hal ini merupakan tambahan pain poin yang harus dilalui itu tergantung dari skala proyek dan posisi pemberi pekerjaan.”

Kepemilikan dalam Berkolaborasi

“Kalau kepemilikan, seharusnya milik bersama karena bekerja secara tim kan, dia mendedikasikan pekerjaannya untuk tim dan untuk project itu. Apalagi kalau semua tim mengetahui dan menyetujui, ya tidak ada masalah kan. Tinggal perlu kejelasan saja siapa berkontribusi apa, tapi secara keseluruhan itu ya adalah effort bersama.”

Bagaimana Implikasinya Terhadap Collabolancer?

Visi Besar Collabolancer
Visi Besar Collabolancer

Kajian serta interview dengan user akhirnya membuka cakrawala kami tentang apa itu makna kolaborasi, dan bagaimana mencapainya. Terhadap hasil kajian-kajian tersebut, Collabolancer memiliki pemikiran sebagai berikut:

  • Collabolancer pada awalnya mengira, bahwa kunci berkolaborasi adalah pada sistem version control, seperti git. Namun, ternyata yang jauh lebih esensial dalam berkolaborasi dan dapat diterapkan untuk banyak bidang pekerjaan, adalah komunikasi itu sendiri. Sehingga, Collabolancer berkomitmen untuk meningkatkan mekanisme berkolaborasi dengan menerapkan pola komunikasi dan managerial yang lebih terintegrasi.
  • Sifat alami dari blockchain adalah immutability, sehingga data didalamnya sangat sulit diubah. Kami menilai dengan menerapkan transparansi pada pola komunikasi tim yang terintegrasi dengan blockchain, secara umum pada akhirnya juga akan dapat meningkatkan kemampuan Solver untuk memberikan penilaian dispute yang lebih objektif, karena informasi bersifat lebih actionable. Karena itu, kami juga ingin menerapkan komunikasi yang transparan pada lingkup project.
  • Untuk meningkatkan kolaborasi yang dimana terjalin hubungan interdependen antar para pihak, maka Collabolancer berpikir untuk dapat menerapkan vetting pekerja berbasis komunitas oleh Solver, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pada pekerja, dan dapat memperluas hubungan kolaboratif antar solver-pekerja.

Pemikiran-pemikiran tersebut tentu merupakan initial thought, yang akan kami kaji lebih lanjut!

Penutup

Melalui validasi serta kajian ini, kami dapat memahami bahwa industri freelancing adalah industri yang multi sektor, dan masing-masing sektor memiliki karakteristik tersendiri yang mungkin membuat pola kolaborasinya berbeda pula. Namun, bentuk kolaborasi yang selalu dapat diterapkan pada semua sektor, sekaligus bentuk yang paling esensial, ialah komunikasi dan transparansi.

Kami ucapkan terimakasih kepada pengguna yang bersedia berbagi pemikiran, serta bersedia meluangkan waktunya dalam sesi validasi ini. Melalui masukan-masukan tersebut, Collabolancer akan terus memperbaiki produk secara iteratif, sehingga nantinya bisa menjadi platform freelancing yang paling kolaboratif yang pernah ada!

Referensi

[1] H. Fuks, A. B. Raposo, & M.A Gerosa, “Engineering Groupware for E-Business”, 1st Seminar on Advanced Research in Electronic Business (EBR’2002), 7 a 8, 2002, Rio de Janeiro, https://www.researchgate.net/publication/228813941_Engineering_Groupware_for_E-Business

[2] https://medium.com/org-hacking/cooperation-coordination-collaboration-keast-66614a7ddf8a

[3] Hao Zhong, dkk, “Collaborative Intelligence — Definition And Measured Impacts On Internetworked E-work”, Management and Production Engineering Review, Volume 6, Number 1, 2015, page 68, https://doi.org/10.1515/mper-2015-0009

[4] Christoph Riedl and Anita Williams Woolley, “Teams vs. Crowds: A Field Test of the Relative Contribution of Incentives, Member Ability, and Emergent Collaboration to Crowd-Based Problem Solving Performance”, Academy of Management Discoveries Vol. 3, №4, 2016, page 31, https://doi.org/10.5465/amd.2015.0097

[5] https://blogin.co/blog/transparent-team-communication-why-and-how-to-embrace-it-69/

[6] https://blog.novoda.com/collaboration-and-transparency/

[7] https://www.cmswire.com/cms/enterprise-collaboration/3-reasons-why-organizations-need-to-increase-transparency-011886.php

Collabolancer adalah marketplace freelancer berbasis blockchain yang lebih menguntungkan, terpercaya dan kolaboratif.

Twitter: https://twitter.com/collabolancer

Instagram: https://instagram.com/collabolancer

Facebook: https://www.facebook.com/collabolancer

LinkedIn: https://www.linkedin.com/company/collabolancer

#StopBiddingStartCollaborating

--

--

Collabolancer

Blockchain-based freelancer marketplace that more profitable, trustworthy and collaborative